[Closed rp] Ikan berenang di air panas??

"Are, sayang sekali. Bersama seharusnya lebih baik.."

Menggumam pelan setelah sebelumnya ia menggembungkan pipinya singkat. Kid lantas memilin kembali sebagian surai pirangnya yang membandel, memilih untuk menyibaknya agar sang batang emas menatap dunia dengan lebih baik.

Ia belum sempat untuk mengurut leher jenjangnya, kala bocah dengan surai biru halus menjawab tanyanya. Singkat, namun sanggup membuatnya menegak tawa.

"Hahah.. jangan sampai kau membuat rambutku jadi botak Cho honhon~" sempat terpana sejenak saat Ia yang menjawab mengedipkan sebelha matanya. Namun detik berikutnya, Kid harus meringis pelan saat tangan mungil sang NeKoYa owner tersebut mengacak surai pirangnya.

"Hei hei heiiii, Cho honhon hentikan itu, geli tahu.."

Bukannya pasrah atau apa ya, Kid hanya tak dapat melawan si mungil bernama Cho Kamichi itu.

Dan yang ia lakukan berikutnya hanya diam, cukup cemberut sembari merapihkan tatanan surai basahnya yang lemas. Menatap sejenak saat Cho angkat bicara dengan -si-yang-namanya-Leo-itu-kalau-tak-salah-, lantas beralih pada Qeyz si-Owner-HaYoRi.

Fuhhh, mengajak untuk yang kedua kalinya.
Bertanya dalam hati, apa kiranya sang Owner HaYoRi itu mau bergabung?
Aih.. menolak dua kali ajakan yang sama itu cukup sulit loh, haha.

"Ayolah HaYoRi no Owner.. Cho honhon juga memintamu, da?"

Leo menggelengkan kepala,dan menatap langit. Kali ini ia memilih menyendiri di pojokan saja. Entah kenapa seperti tak bisa masuk ke dunia sana..maklum diemnya kelewatan kalo sama orang yang gak di kenal terlalu dekat.

Di pojokan onsen,ia melepas earphone,dan menyelam,menenangkan dirinya

Lokasi: ONSEN ditengahgunungmungkin?taudeh!
waktu: 21.36pm
=============================


Malam itu, Shion pergi ke sebuah onsen *entah di mana*. Sebenarnya ia hendak menenangkan diri sehabis belajar dan menghangatkan diri di onsen tersebut. Tapi.... niatnya untuk menikmati suasana onsen yang hangat dan tenang itu buyar begitu ia melihat Kamichi ada di sana.

Ia pun melepaskan T-shirt hitam dan celana pendeknya. Dapat terlihat tubuhnya yang agak tinggi itu dan sedikit kekar itu. Sambil mengikat sebuah handuk di pinggangnya itu, Ia memasuki onsen tersebut.
Ia melihat Quester, owner cafe tempatnya bekerja itu sedang berendam di tempat yang jauh dari arah keramaian itu. Shion pun memutuskan untuk berendam di sampingnya karena merasa di sebelah Quester ia dapat menikmati keheningan malam dan dapat berendam dengan santai.

"Selamat malam, Qeys" sapa Shion singkat. Kemudian ia masuk ke dlam onsen tersebut dan duduk diam menikmati air hangat di sana.
Shion sama sekali tidak memperhatikan Kamichi dkk, karena ia tidak ingin beramai-ramai malam itu, apalagi Shion sedang dalam kondisi sangat capek setelah belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Ia hanya memandang ke arah Kamichi, dkk tanpa berkata sepatah kata pun.

Huh, rasanya makin berisik saja di sisi seberang sana. Padahal pemuda ini tidak suka keramaian, dari kejauhan sana ia hanya tersenyum pahit. Agak iri, karena pemuda ini tidak bisa seperti mereka yang bersenang-senang. Sudah tidak mempunyai keluarga lagi, hidup sendirian, sebatang kara...

"......aku tak apa kok kalau sendirian," ucapnya lirih, membalas lambaian mereka yang ada disana. Memilih untuk tetap diam? Well, itu sudah menjadi pilihanmu. Qeyz melipat sebelah kakinya dan ia menidurkan kepalanya. Dari balik kacamatanya pemuda ini tampak sangat kesepian.

Mulai melantunkan sebait lagu dengan suara pelan.


Berhenti sejenak. Sebuah suara menyapanya. Dilihat orang itu adalah Shion. "Malam..." sapanya. Ia kemudian kembali menidurkan kepalanya dengan posisi miring. Melanjutkan lantunan syair lagu yang ia ciptakan sendiri [tepatnya PMnya sendiri yang bikin].


Selesai deh lagunya. Sekarang ia memejamkan kedua matanya, mencari ketenangan.
================================
Lagu yang dinyanyikan Qeyz:"Forgive Me" (c) siapa aja boleh xD *siul2*

Setelah mendengar balasan Quester, Shion mendengar Quester melantunkan sebuah lagu. Ketika mendengar lagu yang dilantunkan Quester, Shion teringat kepada kedua orangtuany yang telah tiada, sesaat sebelum orangtuanya meninggal, ia sedang bertengkar dengan mereka. Dan sampai akhirnya kedua orangtua Shion meninggal, Shion tidak sempat meminta maaf kepada kedua orangtuanya itu.

"........Lagu yang bagus........ Judulnya apa?" tanya Shion kepada Quester sambil tetap duduk santai di dalam onsen. Shion pun kembali terdiam sambil menunggu jawaban Quester. Sambil menikmati hembusan angin yang sejuk serta hangatnya onsen, perlahan-lahan ia mulai sedikit tertidur.

Qeyz memang tak pandai mengekspresikan perasaannya lewat mimik wajah atau gerak-geriknya, seakan-akan pemuda ini tak berekspresi. Baginya itu semua telah hilang sejak orangtua pemuda ini meninggal. Sungguh malang nasibnya harus kehilangan semua anggota keluarga yang ia cintai di hari itu pula.

"...Forgive Me.. Kau tak akan menemukannya dimanapun karena..." menghela napas sejenak. "Itu karyaku..." ucapnya pelan.

Entah kenapa tiba-tiba ia merasa memiliki ekspresi saat ini. Namun rupanya ia menunjukkan hal itu secara tidak langsung, melainkan tiap bait lagu yang ia nyanyikan itu. Ia melihat Shion setengah tidur. Ah, biarkan saja pemuda itu tertidur dengan tenang.

"Ah.... lagu buatanmu ya? Bagus sekali..." ucap Shion. Shion sebenarnya agak kaget saat mengetahui lagu iu adalah karya Quester, karena setahunya Quester sangatlah jarang memunculkan emosinya, tapi entah kenapa Shion merasa Quester memunculkan emosinya lewat lagunya itu. Setelah memahami isi lirik lagu yang dinyanyikan Quester, Shion pun hanya diam dan memandang langit.T iba-tiba Shion menepuk-nepuk kepala Quester, tapi dia tidak berkata apa
pun kepadanya.
Tiba-tiba ia terbangun seolah telah melupakan sesuatu dan duduk tegak namun santai di sana. Setelah itu ia mengambil sebuah buku kecil yang ia letakkan di samping onsen sebelum ia masuk ke dalam onsen tersebut. Dia membaca buku kecil itu selagi memandang langit dan tetap terdiam.

"Biasa saja kok...." jawabnya singkat. Kepalanya ditepuk-tepuk oleh pemuda di sebelahnya. Pemuda ini tertunduk, ia memegangi kepalanya yang sekarang sedang berdenyut-denyut tiada henti. Entah mengapa ia merindukan sesuatu yang telah hilang. Bukannya membuat dirinya tenang malah makin sakit hati.

Ia mendangahkan kepalanya, menatapi gemerlap bintang yang bertaburan disana, tiada batas. Qeyz meletakkan sebelah tangannya tepat diatas lensa kacamatanya, menutupi setengah wajahnya.

"... I wonder... Who Am I..." gumamnya pelan.